Rabu, 26 Maret 2008

Lapor SPT ngga ya....

Suatu malam di sebuah pekarangan. Berdiri seorang Cucu menengadah ke bulan, berpose seperti Superman. Badan tegap, dada membusung, tangan bertumpu ke pinggang, ditemani suara – suara satwa mala :

Piririt…piririt…. (suara jangkrik lagi makan)
Purukuduk…purukuduk… (suara burung hantu)
Ham ham…Ham ham… (suara anjing di kampung)
Kya…kya…kya…kya… (suara kelelawar lagi manggil pasangan)
Kukuruyuk…Kukuru !!? yuuuuu… (suara ayam terbangun dari mimpi buruk)

Tiba – tiba dari belakang muncul seorang Engkong.

Engkong : “Cu…kamu sedang apa disitu?”
Cucu : “Kong…. Aku sudah dewasa.” Jawabnya mantap.
Engkong : “Subhanallah. Bagaimana caranya kamu bisa jadi dewasa, Cu?”
Cucu : “Kata Neng Sri, pria yang dewasa adalah pria yang matang, berjanggut, dan berNPWP.”
Engkong : “Be-berarti Cucu sudah punya NPWP? Subhanallah. Kalau begitu kamu sudah betul – betul dewasa. Welcome to the club, dude!”
Cucu : “Iya Kong, tapi masih ada satu permasalahan yang mengusik hatiku.”
Engkong : “Apa gerangan itu, Cu?”
Cucu : “Aku belum lapor SPT, Kong. Aku bingung. Sebagai pemagang yang dewasa dan taat negara, harusnyakan aku juga lapor SPT. Tapi penghasilanku belum ada pajaknya.”
Sang Cucu tertunduk lemah dan Engkong mengelus elus punggungnya.
Cucu : “Berarti aku belum sepenuhnya dewasa, Kong. Apalah arti NPWP tanpa bayar pajak dan lapor SPT. Oh…!”
Suasana lalu berubah jadi haru, hingga Engkong tiba – tiba tertawa…
Engkong : “Kya kya kya kya.”
Cucu : “Kong, itukan suara kelelawar manggil pasangan.”
Engkong : “!!!? Oh iya ya. Wakakakaka.”
Sang Cucu menggelengkan kepala pertanda frustasi akan Engkong.
Engkong : “Cu. Kamu bukannya belum dewasa. Tapi belum banyak belajar. Nih, Engkong punya sesuatu untukmu.” Kata Engkong sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. “TADA…!!!”
Cucu : “Ah…apa itu, Kong?” Jawab Cucu keheranan.
Engkong : “Ini adalah KMK No.535 Tahun 2000, Cu”
Cucu : “K…KMK 535? Apa itu, Kong?”
Engkong : “Dari sinilah Engkong menemukan jawaban atas keresahan hatimu, Cu.”
Cucu : “Ta_Tapi bukannya Engkong tidak bisa membaca?”
Engkong : “Mangkanya Engkong mau suruh kamu yang baca dudul.”
Cucu : “Ye…”
Engkong-pun lalu menyodorkan KMK itu kepada Sang Cucu.
Engkong : “Baca judulnya!”
Cucu : “KMK No. 535 / KMK.04 / 2000 tentang Wajib Pajak tertentu yang dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT.”
Engkong : “Coba baca pasal 1 huruf (a)!”
Cucu : “Dalam KMK ini, yang dimaksud dengan Wajib Pajak Tertentu adalah : Wajib Pajak orang pribadi yang penghasilan netonya tidak melebihi jumlah PTKP.”
Engkong : “Sekarang baca pasal 2 nya!”
Cucu : “WP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf (a) adalah WP yang penghasilan netonya dalam 1 (satu) Tahun Pajak tidak melebihi PTKP.”
Engkong : “Nah, sekarang baca pasal 3 ayat (1)!”
Cucu : “Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf (a) dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 dan SPT Tahunan PPh.”
Engkong : “Lalu coba baca pasal 8 ayat (2).”
Cucu : “He? Tapi pasalnya cuma sampai pasal 5, Kong! Gimana dong?”
Engkong : “Oh. Ya kalo ngga ada ya ngga usah dibaca. Gitu aja kok repot.”
Cucu : “Ye…. Berarti, Kong, aku dikecualikan dari kewajiban melaporkan SPT ya? Oh, baguslah. Sekarang satu keresahan hatiku sudah terselesaikan.”
Cucu-pun kembali sumirah*, eh…sumringah, begitupun Sang Engkong turut senyum lega. Akan tetapi tiba – tiba Sang Cucu kembali tampak lemah.
Engkong : “O boy O boy… Apalagi yang membuatmu resah? C’mon speak it out yo!!”
Cucu : “Kong, aku masih resah akan penempatan. Aku takut kalau – kalau aku sampai ditempatkan di Desa Neverland.”
Engkong : “Oh, c’mon dude, desa itukan cuma ada di film gitu loch.”
Cucu : “Mangkanya itu Kong aku jadi resah. Hidup ini begitu penuh dengan ketak-terdugaan. Seperti halnya penempatan.”
Engkong : “Wakakakakakahmpp…” (Terbahak – bahak ampe nelen lalat). “Tenang, Cu. Nih Engkong punya sesuatu untukmu.” Kata Engkong sambil sekali lagi mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Kali ini sesuatu yang berbentuk lonjong.
Cucu : “I_itu KMK jenis apa Kong???” Seru Cucu keheranan.
Engkong : “Ye…inimah cerutu dudul.”
Cucu : “Ye…”
Engkong : “Kakek cuma punya sebuah cerita untuk mengatasi kegundahan hatimu.”
Cucu : “Tunggu dulu, sebetulnya anda ini Engkong apa Kakek sih?”
Pet…petook… (suara kepala Cucu kena getok)
Cucu : “Maaf. Emang Engkong mau cerita apa?”
Engkong : “Begini, suatu malam, ada dua orang narapidana beristirahat di atas menara penjara. Saat duduk di sana, seorang diantaranya melihat ke arah lumpur di jalanan, sedangkan yang seorang lagi menatap tinggi ke arah bintang – bintang.”
Cucu : “Maaf, Kong. But, I don’t understand. Mohon Bimbingannya.”
Engkong : “Maksudnya, kedua narapidana itu berada di tempat yang sama. Akan tetapi mereka merasakan sensasi yang berbeda. Karena mereka memandang dunia dengan sudut pandang yang berbeda pula.”
Cucu : “Oh!”
Engkong : “Cu, di manapun kita berada, segalanya bisa saja menjadi seperti lumpur di jalanan ataupun bintang di angkasa. Itu semua tergantung dari bagaimana kita memandang ke arah kehidupan kita.”
Cucu : “Engkong. Engkong begitu romantis.” Jawab Cucu penuh kagum.
Engkong : “Ya. Begitulah cara Engkong memikat para wanita.”
Cucu : “Baik, Kong. Saya akan belajar untuk memandangi hidup seperti bintang, di manapun saya ditempatkan kelak. Terima kasih atas segala penjelasannya. Tapi by the way, saya belum tau nama lengkap anda?”
Engkong : “Oh iya. Perkenalakan. Saya Yongki Engkongmaladi. Biasa dipanggil Engkong.”
Cucu : “Oh… saya Cucu Cahyanto. Biasa dipanggil Cucu.”

Dan malam itupun berakhir dengan bahagia di tengah semua kegaringan yang ada.
No hard feelings guys, just Peace, Patience and Respect others work.

* Sumirah : Nama tetangga penulis.
-wnDnk-

Tidak ada komentar: